Tampilkan postingan dengan label Artikel Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Mei 2024

Disiplin Positif: Efek Jera


Penegakan kedisiplinan melalui "efek jera" adalah strategi yang efektif dalam meningkatkan kedisiplinan dalam berbagai situasi. Namun, efek jera hanya efektif jika dilakukan dengan cara yang tepat dan konsisten. Guru, pejabat, dan orang tua harus menjadi contoh yang baik dalam menegakkan kedisiplinan dan memberikan sanksi yang tegas dan sesuai. Dengan demikian, kedisiplinan dapat menjadi budaya kerja dan budaya pelayanan yang efektif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat


Penegakan kedisiplinan adalah suatu prinsip penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat. Dalam beberapa konteks, "efek jera" digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kedisiplinan. Dalam artikel ini, kita akan membahas konsep "efek jera" dan bagaimana strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan dalam berbagai situasi.

Definisi "Efek Jera"

"Efek jera" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan efek yang ditimbulkan oleh hukuman atau sanksi yang diberikan kepada seseorang yang melanggar aturan atau norma. Tujuan dari "efek jera" adalah untuk memberikan kesadaran dan rasa bersalah pada individu yang melanggar, sehingga mereka tidak akan melanggar lagi.

Faktor yang Mempengaruhi Efek Jera

Beberapa faktor dapat mempengaruhi efek jera dalam penegakan kedisiplinan. Salah satu faktor utama adalah motivasi diri pribadi. Jika motivasi individu untuk melanggar aturan lebih kuat daripada rasa takut terhadap hukuman, maka efek jera tidak akan efektif. Faktor lainnya adalah nilai dan norma pribadi, konteks keluarga, penghargaan, konsistensi, dan keadilan sanksi, serta keteladanan guru atau pejabat yang kurang.

Strategi Penegakan Kedisiplinan Melalui Efek Jera

Berikut beberapa strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan melalui efek jera:

  1. Memberikan Sanksi Tegas : Sanksi yang diberikan harus tegas dan konsisten. Jika sanksinya tidak tegas, maka efeknya tidak akan efektif. Sanksi yang tegas dapat memberikan kesadaran dan rasa bersalah pada individu yang melakukan pelanggaran, sehingga mereka tidak akan melakukan pelanggaran lagi.
  2. Keteladanan Guru atau Pejabat : Guru atau pejabat yang berwenang harus menjadi contoh yang baik dalam menegakkan kedisiplinan. Jika mereka tidak menunjukkan keseriusan dalam menegakkan kedisiplinan, maka efek jera tidak akan efektif. Guru atau pejabat harus memberikan contoh yang baik dan konsisten dalam menegakkan kedisiplinan.
  3. Pemberian Hukuman yang Sesuai : Hukuman yang diberikan harus sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Jika hukuman tidak sesuai, maka efek jera tidak akan efektif. Hukuman yang sesuai dapat memberikan kesadaran dan rasa bersalah pada individu yang melanggar, sehingga mereka tidak akan melakukan pelanggaran lagi.
  4. Konsistensi dalam Penegakan Kedisiplinan : Penegakan kedisiplinan harus konsisten dan tidak berbeda-beda. Jika penegakan kedisiplinan tidak konsisten, maka efek jera tidak akan efektif. Konsistensi dalam penegakan kedisiplinan dapat memberikan kesadaran dan rasa bersalah pada individu yang melanggar, sehingga mereka tidak akan melanggar lagi

 

Rabu, 29 Mei 2024

Luka Pengasuhan Adalah Luka Batin Sejak Kecil

  Solusi Mulai dari Mana?





 

 Luka pengasuhan adalah realitas yang dialami banyak orang, tetapi itu bukan akhir dari cerita. Dengan mengenali luka tersebut, membangun kesadaran diri, membentuk hubungan yang sehat, dan menerapkan pola pengasuhan yang positif, proses penyembuhan bisa dimulai. Ingatlah bahwa setiap langkah kecil menuju penyembuhan adalah kemajuan yang berarti. Anda tidak sendiri dalam perjalanan ini, dan dengan dukungan yang tepat, luka pengasuhan dapat diatasi, menciptakan masa depan yang lebih sehat dan bahagia.


Senin, 27 Mei 2024

Perencanaan Proses Pendidikan

Perencanaan Proses Pendidikan


Dalam perencanaan proses pendidikan kita mengenal salah satu istilah yang bernama silabus.

Bagi pendidik, silabus sangat bermanfaat sebagai pedoman penyusunan perencanaan pembelajaran yang memuat materi ajar, aktivitas peserta didik, serta evaluasi pembelajaran. Selain itu silabus pun digunakan sebagai alat aktualisasi kurikulum yang akan dijalankan.

Berikut ini tahapan penyusunan silabus:

1. Diawali dengan Analisis Konteks;
2. Memetakan kebutuhan belajar peserta didik atau asesmen diagnosis
3. Menyusun dan Menjabarkan tema-tema pembelajaran (Kompetensi Inti)
4. Menjabarkan Kompetensi Dasar dalam tema pembelajaran 
5. Merumuskan Kompetensi Dasar dalam Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar
6. Membuat materi pembelajaran
7. Membuat dan Mengembangkan  kegiatan pembelajaran



(RFA)

Sabtu, 25 Mei 2024

Koneksi Sebelum Koreksi: Urgensi dan Contoh Teknik dalam Konseling

Prinsip "koneksi sebelum koreksi" adalah aspek fundamental dalam konseling yang menekankan pentingnya hubungan yang positif dan penuh kepercayaan antara konselor dan klien. Dengan menggunakan teknik-teknik yang memfasilitasi koneksi emosional dan keterbukaan, konselor dapat membantu klien merasa lebih didukung dan lebih siap menerima umpan balik serta melakukan perubahan positif dalam hidup mereka. Teknik ini tidak hanya meningkatkan efektivitas konseling tetapi juga memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan memuaskan bagi klien.

Selasa, 21 Mei 2024

Disiplin Positif, Ketegasan Zaman Now

Disiplin positif merupakan bentuk penegakkan peraturan dengan penuh kesadaran terhadap akibat dar pelanggaran yang ditimbulkan serta bertanggung jawab atas hal tersebut sebagai bentuk sikap moral yang terpuji.

Kita pernah mendengar di sebagian negara, ada pejabat yang mengundurkan diri disebabkan menyalahi ketentuan perundangan yang terikat pada jabatannya atau sebagai tokoh publik.

Seseorang bersedekah dengan jumlah tertentu sebaga akibat dosa atau keempatan waktu beramal yang tanpa sengaja terlewatkan.

Bagaimana Alat Praktik Disiplin Positif di Sekolah? 

  • Pertama, pihak sekolah dan orangtua haruslah memeiliki pahaman yang sama dalam implementasi disiplin positif dan konsekwensinya. 
  • Kedua, di sekolah membangun Kegiatan Belajar yang tepat sesuai tumbuh kembang anak.
  • Ketiga, pendidik atau penerapan sistem pendidikan  memahami Karakteristik dan Kebutuhan Anak.
  • Keempat, peningkatkan kualitas komunikasi.
  • Kelima, membangun hubungan yang lentur. 

Disiplin Positif mengajarkan orang dewasa untuk menggunakan kebaikan dan ketegasan pada saat yang sama dan tidak bersifat menghukum atau permisif.


Alat dan Konsep Disiplin Positif Meliputi:

  1. Saling menghormati. Orang dewasa meneladankan ketegasan dengan menghormati diri dan kebutuhan kondisional mereka sendiri dan kebaikan dengan menghormati kebutuhan anak.
  2. Mengidentifikasi keyakinan di balik perilaku tersebut. Disiplin yang efektif mengenali alasan anak-anak melakukan apa yang mereka lakukan dan bekerja untuk mengubah keyakinan itu, bukan hanya mencoba mengubah perilaku.
  3. Komunikasi yang efektif dan keterampilan memecahkan masalah.
  4. Disiplin yang mengajarkan (dan tidak permisif atau punitif).
  5. Berfokus pada solusi, bukan hukuman.
  6. Pemberian dorongan (bukan pujian). Upaya pemberitahuan usaha dan perbaikan, tidak hanya sukses, dan membangun harga diri dan pemberdayaan